VIVAnews - Negeri jiran Malaysia memasukan alat musik gamelan dalam daftar kesenian dan budaya warisan kebangsaan Malaysia. Malaysia bahkan telah mendaftarkan paten gamelan pada 23 Februari 2009.
Yang mengejutkan, dalam dua bulan terakhir Malaysia sudah memesan gamelan dari Kota Solo. Gamelan itu dipesan dari sejumlah perajin gamelan yang tersebar di Kota Solo.
"Sepengetahuan saya, jumlah gamelan yang dipesan oleh Malaysia sebanyak 20 perangkat," kata mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rahayu Supanggah di Solo, Selasa 29 September 2009.
Menurut dia, jumlah perajin gamelan di Malaysia tinggal sedikit, sehingga mereka lebih memilih memesan gamelan di Kota Solo. Selain lebih murah harganya, kualitasnya juga sudah cukup bagus.
Meski serupa, gamelan yang diklaim Malaysia berbeda dengan gamelan Jawa.
Perbedaan karakter tersebut , kata dia, dapat dilihat dari jenis-jenisnya. Jika gamelan Malaysia terdapat sekitar delapan alat musik tetapi dalam gamelan Jawa lebih banyak lagi, ada sekitar 20 alat musik. Seperangkat gamelan khas Malaysia terdiri atas kromong, gong, saron, gender.
"Gamelan khas Jawa lebih kompleks. Selain itu teknis dari permainannya pun berbeda. Jika dalam gamelan Jawa dengan slendro pelognya. Tetapi dalam gamelan Malaysia cara memainkannya adalah dengan nada pentatonis dengan berdasarkan nada-nada Eropa (do re mi fa, red)," utur komposer film Opera Jawa tersebut.
Dia menuturkan, perkembangan gamelan di Malaysia sudah pesat. Dia mencontohkan, gamelan di Malaysia sudah sering digunakan dalam penyambutan acara kenegaraan. Lebih dari itu, sejak di selenggarakan Simposium Gamelan Sedunia di Malaysia satu tahun lalu, Malaysia menetapkan gamelan menjadi mata pelajaran wajib di sekolah.
"Jangan grusa-grusu menyikapi klaim gamelan oleh Malaysia. Karena di Indonesia sendiri jenis gamelan banyak dan berbeda-beda, seperti gamelan Jawa, Bali dan Sunda," jelas dia.
Supanggah justru melihat pematenan gamelan oleh Malaysia tersebut lebih kepada kepentingan ekonomis dan politis. Karena sebagian besar yang mempermasalahkannya adalah politisi dan pengusaha.
"Hal ini terkait dengan hak paten yang memiliki nilai ekonomis. Kalau seniman tidak mempermasalahkan, karena sifat kesenian tidak saling bermusuhan tapi saling menghargai dan universal," ujar Penasihat Simposium Gamelan Sedunia di Malaysia 2008 itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar